Harga Kedelai Naik, Kanwil III KPPU Melakukan Pemantauan Harga dan Pasokan Tahu Tempe

Harga Kedelai Naik, Kanwil III KPPU Melakukan Pemantauan Harga dan Pasokan Tahu Tempe

Bandung (4/10) – Tim Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil III KPPU melakukan survei ke pasar tradisional di Bandung, yaitu ke Pasar Kosambi dan Pasar Sederhana untuk memantau pasokan dan harga tahu dan tempe secara langsung sebagai dampak dari kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku produksi.

Kepala Pasar Kosambi, Yayan Agustina, menjelaskan bahwa pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap harga jual tahu dan tempe belum terlalu signifikan. “Terkait kenaikan harga kedelai, sudah berlangsung sejak akhir bulan September 2022, harga normal kedelai ada di kisaran Rp13.000/kg, namun sudah hampir seminggu ini mencapai Rp15.000/kg. Di pedagang tahu dan tempe, tidak ada kenaikan harga yang signifikan, kenaikan harga berkisar Rp200 per satu butir tahu dan Rp1.000 untuk satu kotak tempe. Pasokan tahu dan tempe di Pasar Kosambi selalu aman dan tersedia, rata-rata mereka adalah perajin tahu di wilayah Cibuntu yang membuka kios di sini. Asal pasokan ada, masyarakat akan tetap membelinya,” ujar Yayan.

Yayan juga menjelaskan harga beberapa bahan pokok seperti telur dan cabai yang sebelumnya tinggi, awal Oktober ini sudah berangsur turun. Harga telur saat ini ada di angka Rp25.000/kg, untuk cabai rawit harga berkisar antara Rp45.000-Rp65.000/kg, dan untuk cabai merah harga berkisar antara Rp60.000-Rp65.000/kg.

Senada dengan kondisi di Pasar Kosambi, hal serupa juga terjadi di Pasar Sederhana, disampaikan oleh Supriyan dan Dita selaku perwakilan dari Pengurus Pasar Sederhana, bahwa harga komoditas pangan secara umum relatif stabil, termasuk tahu dan tempe. Naiknya harga bahan baku berupa kedelai yang sekarang mencapai Rp13.000/kg, pedagang menyiasati kenaikan harga kedelai tersebut dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe sebagai ganti tidak menaikkan harga. “Harga tetap sama di Rp6.000/bungkus untuk tahu, harga tempe setengah papan Rp6.000 juga, namun ukuran dibuat lebih kecil,” ujar Supriyan.

Menindaklanjuti fenomena ini, Kanwil III KPPU akan terus melakukan pemantauan harga dan pasokan kedelai untuk melihat ada tidaknya perilaku persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan oleh importir kedelai. (SD/MU/AA)