Kopti Kabupaten Bandung Berharap Adanya Stabilitas Harga Komoditas Kedelai

Kopti Kabupaten Bandung Berharap Adanya Stabilitas Harga Komoditas Kedelai

Bandung (18/1) – Menindaklanjuti hasil diskusi industri kedelai dengan stakeholder di Jawa Barat sebelumnya, Kepala Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil III, Mansur beserta tim melakukan diskusi dengan Puskopti Kabupaten Bandung yang diterima oleh Ketua Puskopti Kabupaten Bandung, Ghufron Cokro Valentino beserta jajarannya di kantor Kopti Kabupaten Bandung.

Secara historis, Puskopti mempunyai peran yang tidak terlupakan sebagai penyalur komoditas kedelai di Indonesia. Puskopti pernah menjadi satu-satunya importir kedelai sebelum masuknya importir-importir swasta setelah era reformasi. Saat ini, importir kedelai dilakukan swasta dan Kopti mendapatkan pasokan kedelai dari importir-importir tersebut baik untuk pembelian kedelai subsidi maupun reguler. “KPPU hadir untuk untuk mengetahui informasi terkait kondisi pasokan kedelai di lapangan dan harga yang ada serta mekanisme pembelian kedelai baik subsidi maupun reguler kepada distributor maupun importir,” imbuh Mansur.

Dalam pertemuan tersebut, Ghufron membenarkan bahwa memang Puskopti mengalami era kejayaan pada tahun 1980-an tetapi setelah era reformasi, keran perdagangan bebas dibuka, semua orang bisa melakukan impor kedelai sehingga Kopti dengan SDM yang pada saat itu belum siap mengalami keterpurukan karena kalah saing. Pada tahun 2022, Kopti dihidupkan kembali melalui program bantuan pengganti selisih harga pembelian kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe dengan harga Rp1.000 per kilogram. Adapun sumber anggaran program tersebut diperoleh dari pemanfaatan dana CSHP (Cadangan Stabilisasi Harga Pangan). “Subsidi kedelai dalam bentuk bantuan pengganti selisih harga untuk semua pengrajin tahu dan tempe, bukan khusus bagi anggota Kopti saja tetapi memang pembelian melalui satu pintu di Kopti. Harga kedelai saat ini fluktuatif, bisa berubah tiga kali dalam sehari, dan ini sangat mempengaruhi harga jual tahu tempe ke konsumen. Kami berharap Kopti kedepannya tetap eksis meskipun tidak ada subsidi, sehingga besar harapan kami adanya stabilitas harga kedelai,” ujar Ghufron.

Setelah diskusi dengan Ketua Kopti Kabupaten Bandung, Tim Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil III melakukan survey ke salah satu tempat produksi tahu tempe di Kabupaten Bandung untuk melihat bahan baku yang digunakan, proses produksi, dan harga outputnya. (mu)