Kebijakan Persaingan Usaha Pro Persaingan Usaha Yang Sehat

MEDAN  –  Kamis  22 Maret 2012,  KPPU  KPD  Medan mengadakan seminar Persaingan Usaha dengan tema “Kebijakan Persaingan  Usaha  yang  Pro Persaingan Usaha yang  Sehat” di  Aula  Sopo  Bolon  Hotel  Niagara, Parapat, Sumatera Utara.
Sebagai  bagian  dari  kegiatan  rutin  KPPU RI yang bertujuan untuk mensosialisasikan Prinsip-prinsip Persaingan Usaha yang Sehat kepada masyarakat   luas,  maka  dalam  acara  ini  diundang  Satuan  Kerja Perangkat  Daerah (SKPD) dan DPRD dari 11 Kabupaten/Kota diantaranya dari  Pematang  Siantar,  Simalungun,  Karo,  Dairi, Phakpak  Barat, Humbahas, Tapteng, Taput, Tobasa, Sibolga  dan  Samosir  serta  dari media massa.
Acara tersebut dibuka oleh Ibu Dra. Mislaini Saragih,  Kepala Bagian Administrasi, Ekonomi dan Sumber Daya Alam Kabupaten Simalungun yang mewakili   Bupati   Simalungun   yang  berhalangan  hadir.  Sambutan  selanjutnya disampaikan oleh Bapak Benny Pasaribu selaku Komisioner KPPU   RI  sekaligus  narasumber  utama  yang  memaparkan  substansi lahirnya  UU No 5 / 1999 dan tugas wewenang KPPU RI, didampingi oleh Bapak Ahmad Djunaidi (Kabiro Humas KPPU RI) yang memaparkan  tentang wewenang  dan  prosedur  penanganan  perkara  di  KPPU  serta  Bapak Gopprera Panggabean  yang  memaparkan  Prinsip-prinsip dan Parameter Analisa   Dampak  Regulasi.  Adapun  paparan  mengenai  Implementasi kebijakan  pemerintah  daerah  dan kaitannya dengan persaingan usaha yang sehat di Kabupaten  Simalungun  disampaikan  Kabid  Perdagangan Kabupaten Simalungun,  Bapak  Roland  Batubara.  Sedangkan bertindak sebagai moderator  dalam  seminar  kali  ini  adalah  Ibu R.  Kurnia Sya’ranie (Sekjen KPPU RI).
Dalam  paparannya,  Bapak Benny  Pasaribu menjelaskan ada dua alasan mengapa persaingan usaha  dibutuhkan.  Pertama,  alasan  normatifnya sebagai  bagian  dari  pelaksanaan  sistem  ekonomi  Indonesia  yang disusun  melalui  Pancasila dan UUD 1945, kedua, alasan  rasionalnya adalah  untuk menanggulangi dampak globalisasi dengan mendorong daya saing usaha.  Sedangkan  tujuan  utama  dari UU No. 5 / 1999  adalah menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai  salah  satu  upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu yang penting untuk dipahami bahwa UU No. 5 / 1999  adalah persaingan   Sehat  bukan  persaingan  bebas,  di mana   Membenarkan perlindungan kepentingan  nasional  (national interest)  sebagaimana diatur pasal 33 (2) jis Pasal 3 (1) dan pasal 51   dengan  kebijakan persaingan (competition policy).
Dalam hal kebijakan pemerintah, KPPU menegaskan perlunya harmonisasi antara kebijakan persaingan  dan  kebijakan  Pemerintah  baik  pusat maupun daerah. Beberapa  prinsip  dalam  analisa  dampak  persaingan antara lain :
1.    Bahwa setiap regulasi/kebijakan harus  menjamin  kesejahteraan rakyat melalui ketersediaan produk  di  pasar  berikut  inovasi  dan variasinya;
2.    Bahwa  setiap  regulasi / kebijakan  harus mendorong efisiensi ekonomi nasional melalui ketersediaan produk  di pasar dengan  harga yang ekonomis;
3.    Bahwa setiap regulasi / kebijakan harus menjamin kepastian dan kesempatan berusaha bagi setiap  pelaku  usaha  melalui  pengurangan hambatan masuk (entry barrier) dan hambatan keluar dari pasar;
4.    Bahwa  setiap  regulasi / kebijakan  harus  mencegah timbulnya perilaku yang anti persaingan;
KPPU  sebagai  lembaga  yang  bertugas mengawasi jalannya persaingan usaha  juga  bertugas  mengawasi perilaku anti persaingan di daerah- daerah. Selain itu,  juga  mengawasi kebijakan/peraturan  pemerintah pusat atau daerah yang memberikan peluang kepada pelaku usaha  untuk melakukan tindakan anti persaingan. Dan untuk menjadi perhatian dari berbagai    kalangan    khususnya  di  daerah  adalah  bahwa  dengan diberlakukannya   UU No.5 / 1999, pemerintah   daerah   pun    turut berkewajiban untuk melaksanakan UU No.5/1999 dan  menciptakan  iklim usaha yang sehat, efektif dan efesien, serta  memberikan  kesempatan yang sama bagi  setiap  warga negara  untuk  berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa.

MEDAN  –  Kamis  22 Maret 2012,  KPPU  KPD  Medan mengadakan seminar Persaingan Usaha dengan tema “Kebijakan Persaingan  Usaha  yang  Pro Persaingan Usaha yang  Sehat” di  Aula  Sopo  Bolon  Hotel  Niagara, Parapat, Sumatera Utara.Sebagai  bagian  dari  kegiatan  rutin  KPPU RI yang bertujuan untuk mensosialisasikan Prinsip-prinsip Persaingan Usaha yang Sehat kepada masyarakat   luas,  maka  dalam  acara  ini  diundang  Satuan  Kerja Perangkat  Daerah (SKPD) dan DPRD dari 11 Kabupaten/Kota diantaranya dari  Pematang  Siantar,  Simalungun,  Karo,  Dairi, Phakpak  Barat, Humbahas, Tapteng, Taput, Tobasa, Sibolga  dan  Samosir  serta  dari media massa.Acara tersebut dibuka oleh Ibu Dra. Mislaini Saragih,  Kepala Bagian Administrasi, Ekonomi dan Sumber Daya Alam Kabupaten Simalungun yang mewakili   Bupati   Simalungun   yang  berhalangan  hadir.  Sambutan  selanjutnya disampaikan oleh Bapak Benny Pasaribu selaku Komisioner KPPU   RI  sekaligus  narasumber  utama  yang  memaparkan  substansi lahirnya  UU No 5 / 1999 dan tugas wewenang KPPU RI, didampingi oleh Bapak Ahmad Djunaidi (Kabiro Humas KPPU RI) yang memaparkan  tentang wewenang  dan  prosedur  penanganan  perkara  di  KPPU  serta  Bapak Gopprera Panggabean  yang  memaparkan  Prinsip-prinsip dan Parameter Analisa   Dampak  Regulasi.  Adapun  paparan  mengenai  Implementasi kebijakan  pemerintah  daerah  dan kaitannya dengan persaingan usaha yang sehat di Kabupaten  Simalungun  disampaikan  Kabid  Perdagangan Kabupaten Simalungun,  Bapak  Roland  Batubara.  Sedangkan bertindak sebagai moderator  dalam  seminar  kali  ini  adalah  Ibu R.  Kurnia Sya’ranie (Sekjen KPPU RI).Dalam  paparannya,  Bapak Benny  Pasaribu menjelaskan ada dua alasan mengapa persaingan usaha  dibutuhkan.  Pertama,  alasan  normatifnya sebagai  bagian  dari  pelaksanaan  sistem  ekonomi  Indonesia  yang disusun  melalui  Pancasila dan UUD 1945, kedua, alasan  rasionalnya adalah  untuk menanggulangi dampak globalisasi dengan mendorong daya saing usaha.  Sedangkan  tujuan  utama  dari UU No. 5 / 1999  adalah menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai  salah  satu  upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu yang penting untuk dipahami bahwa UU No. 5 / 1999  adalah persaingan   Sehat  bukan  persaingan  bebas,  di mana   Membenarkan perlindungan kepentingan  nasional  (national interest)  sebagaimana diatur pasal 33 (2) jis Pasal 3 (1) dan pasal 51   dengan  kebijakan persaingan (competition policy).Dalam hal kebijakan pemerintah, KPPU menegaskan perlunya harmonisasi antara kebijakan persaingan  dan  kebijakan  Pemerintah  baik  pusat maupun daerah. Beberapa  prinsip  dalam  analisa  dampak  persaingan antara lain :1.    Bahwa setiap regulasi/kebijakan harus  menjamin  kesejahteraan rakyat melalui ketersediaan produk  di  pasar  berikut  inovasi  dan variasinya;2.    Bahwa  setiap  regulasi / kebijakan  harus mendorong efisiensi ekonomi nasional melalui ketersediaan produk  di pasar dengan  harga yang ekonomis;3.    Bahwa setiap regulasi / kebijakan harus menjamin kepastian dan kesempatan berusaha bagi setiap  pelaku  usaha  melalui  pengurangan hambatan masuk (entry barrier) dan hambatan keluar dari pasar;4.    Bahwa  setiap  regulasi / kebijakan  harus  mencegah timbulnya perilaku yang anti persaingan;
KPPU  sebagai  lembaga  yang  bertugas mengawasi jalannya persaingan usaha  juga  bertugas  mengawasi perilaku anti persaingan di daerah- daerah. Selain itu,  juga  mengawasi kebijakan/peraturan  pemerintah pusat atau daerah yang memberikan peluang kepada pelaku usaha  untuk melakukan tindakan anti persaingan. Dan untuk menjadi perhatian dari berbagai    kalangan    khususnya  di  daerah  adalah  bahwa  dengan diberlakukannya   UU No.5 / 1999, pemerintah   daerah   pun    turut berkewajiban untuk melaksanakan UU No.5/1999 dan  menciptakan  iklim usaha yang sehat, efektif dan efesien, serta  memberikan  kesempatan yang sama bagi  setiap  warga negara  untuk  berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa.