KPPU Bahas Penyebab Kenaikan Harga Beras di Awal Tahun 2024 dengan Akademisi IPB
Bogor (21/3) – Kanwil III KPPU menyelenggarakan kegiatan diskusi terkait komoditas beras dengan Prof. Dr. Edi Santosa Ketua Program Peminatan Logistik Pertanian S2 Agromaritim dan Ketua Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Kegiatan ini dihadiri oleh Bidang Kajian dan Advokasi KPPU Kanwil III dan tim dari Kedeputian Bidang Kajian dan Advokasi KPPU Pusat. Diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan sudut pandang ahli/akademisi terkait penyebab kenaikan harga pangan secara umum dan tingginya harga beras.
Dalam diskusi, Prof. Edi menjelaskan terkait pasar beras di Indonesia, penyebab kenaikan harga beras saat ini, pola distribusi beras, perbedaan pola distribusi beras pada Modern Trade (MT) dan General Trade (GT), mekanisme pembentukan harga beras dan struktur pasar komoditas beras.
El Nino yang terjadi sekitar bulan Juni hingga November 2023 berdampak pada pertanaman padi sehingga luas panen September-Desember 2023 relatif lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun 2022. Sejalan dengan penurunan luas panen, produksi padi relatif lebih rendah sehingga terjadi defisit beras di Indonesia selama Oktober 2023 hingga Februari 2024.
“El Nino menjadi salah satu penyebab kenaikan harga beras disamping stok beras yang terbatas, harga pupuk yang mahal, pelarangan ekspor beras dari negara lain, produktivitas padi yang cenderung stagnan bahkan turun, serta hambatan perluasan lahan. Ditambah lagi faktor lain yang menyebabkan permintaan beras naik seperti Belanja Caleg dan Program Bansos Khusus yang tidak diimbangi pasokan yang tersedia,” tukas Prof Edi.
Selain faktor penyebab kenaikan harga beras di atas, harga beras juga dipengaruhi oleh tata niaga yang panjang dan struktur pasar yang cenderung oligopolistik, selain itu respon penyesuaian harga ketika harga beras turun lebih lama dibandingkan ketika harga beras naik.
Diakhir diskusi, disampaikan bahwa tantangan pertanian di Indonesia dari hulu hingga hilir dapat diatasi dengan Agricultural Digitalization dengan mengadopsi Agricultural Technology. (SD)