Persaingan dan Inflasi di Provinsi Sumatera Utara

Salah  satu  indikator  yang  dapat   digunakan  untuk  mengukur  keberhasilan  KPPU  dalam menjalankan  tugas-tugasnya  adalah  menjaga kestabilan harga barang dan atau jasa di pasar bersangkutan  dapat  terwujud, khususnya  mencegah  kenaikan  harga  barang  dan  jasa yang disebabkan oleh praktek-praktek monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha  seperti  kartel, penetapan harga, pembagian wilayah, monopoli, dan  sebagainya. Kenaikan  harga  barang  dan jasa  secara  umum  dan  terus menerus selama waktu tertentu akan mengakibatkan  terjadinya inflasi. Mengingat  pentingnya  kestabilan  harga barang dan jasa dalam rangka menekan laju inflasi, KPD Medan melakukan diskusi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Propinsi  Sumut (TPID Prov. Sumut)  sekaligus  meningkatkan jalinan komunikasi antara KPD Medan dengan TPID Prov. Sumatera Utara.

Di awal pertemuan,  Gopprera  Panggabean  (Kepala KPD KPPU Medan)  menyampaikan rasa terima kasih kepada TPID  Prov. Sumut  yang  telah  berkenan  hadir  dan  meluangkan  waktu  untuk berdiskusi dengan KPD Medan serta menyampaikan maksud dan tujuan pertemuan tersebut. Beliau juga   menjelaskan   substansi  UU  No. 5 Tahun  1999  mengenai  tugas-tugas   KPPU.  Dalam penjelasannya, disampaikan juga bahwa salah satu  penyebab  yang  mengakibatkan  terjadinya kenaikan harga barang dan jasa di pasar bersangkutan yaitu  praktek-praktek  monopoli  yang dilakukan  oleh  Pelaku  usaha.  Untuk itu, KPD Medan sangat membutuhkan informasi  terkait penyebab kenaikan harga barang dan jasa apa saja  yang  mengakibatkan  terjadinya  kenaikan tingkat  inflasi  di Prov. Sumatera Utara.  Informasi   tersebut dapat digunakan KPD  Medan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pengawasan terhadap  pelaku  usaha  pada  sektor tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Demina R. Sitepu, Kepala Divisi Moneter Bank Indonesia,  menyambut baik permintaan KPD Medan dan akan  memasukan KPD KPPU Medan sebagai  salah  satu  instansi yang  akan  mendapatkan  informasi  yang  dirilis  oleh  TPID  secara  berkala. Beliau juga menyampaikan bahwa indikasi persaingan  usaha  yang  tidak  sehat  di Prov. Sumatera  Utara adalah tingkat inefisiensi daerah yang salah satunya ditandai dengan tingginya biaya  hidup (high cost) dan  tingginya  harga  kebutuhan  pokok  di  masyarakat. Semakin  tinggi  harga kebutuhan pokok, maka tingkat inflasi cenderung akan meningkat. Dalam penjelasannya, Beliau menjelaskan  bahwa  TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Sumatera Utara terdiri dari Bank Indonesia Perwakilan Prov. Sumatera Utara dan beberapa instansi Pemerintah Daerah  Sumatera Utara yang bertugas untuk memantau perkembangan harga kebutuhan pokok di masyarakat.
Berdasarkan  riset yang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Daerah Bank Indonesia Wilayah IX tahun 2010 terkait persistensi inflasi  di  Sumatera  Utara  dan  Implikasinya  terhadap perekonomian  Sumatera  Utara  diketahui  bahwa  terdapat   19  Komoditas  yang  memberikan kontribusi  hingga  66% terhadap inflasi Sumatera Utara, antara lain:  beras, dencis,  cabe merah, minyak goreng, nasi, gula pasir, rokok kretek, rokok kretek  filter, kontrak  rumah, sewa  rumah,  minyak  tanah,  tarif  listrik, emas perhiasan, Sekolah Dasar, SLTA, angkutan antar kota, angkutan dalam kota, bensin, dan tarif telepon.  Dari 19 komoditi tersebut, ada beberapa  komoditas  yang diindikasikan telah dimonopoli oleh perusahaan  tertentu  seperti minyak goreng, gula pasir, dan semen. Selain itu terdapat  juga  beberapa  perusahaan  yang menguasai satu jenis komoditas tertentu (oligopoli), komoditi tersebut antara lain:  beras, cabe merah, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, dll. Dikarenakan adanya  perilaku monopoli dan oligopoli dari pelaku usaha tersebut mengakibatkan tingginya  harga  komoditas yang telah dimonopoli di pasar yang merugikan konsumen.
Terkait penjelasan TPID Prop. Medan tersebut, Gopprera Panggabean menyampaikan  bahwa  saat ini  KPD  Medan  sedang  melakukan  monitoring terhadap industri semen di wilayah kerja KPD Medan  yaitu  Aceh,  Sumut,  dan  Sumbar,  dan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki  KPPU sebagaimana diatur dalam UU  No.  5  Tahun  1999  tentang  Larangan  Praktek  Monopoli  dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU dapat melakukan  penelitian  dan  penyelidikan  terhadap perilaku  monopoli  dan  oligopoli  dari  pelaku  usaha   tersebut.  Untuk  itu, KPD  Medan memerlukan   informasi yang dimiliki oleh TPID Prov. Sumatera  Utara  sehingga  KPPU  dapat menindaklanjutinya   serta  membantu TPID dalam menjaga kestabilan harga barang dan jasa di Provinsi Sumatera utara sesuai dengan tupoksi masing-masing.
Pada akhir  pertemuan,  Gopprera  Panggabean  menyampaikan  terima  kasih kepada TPID Prov. Sumatera Utara dan  berharap  hubungan  komunikasi  antara  KPD  Medan  dengan  TPID  Prov. Sumatera Utara  dapat  terjalin lebih baik lagi dan lebih bersinergi  sehingga peranan KPPU dan TPID Prov. Sumatera Utara dalam menjaga kestabilan harga barang dan jasa  dalam  rangka menekan  inflasi  di  Prov. Sumatera Utara dapat dilakukan secara optimal. Demina R. Sitepu juga menyampaikan rasa terima kasih kepada  KPD  Medan  yang  telah  memberikan  kesempatan kepada TPID Prop. Sumatera Utara untuk sharing information  dan berharap  KPD  Medan  dapat berperan aktif dalam menjaga kestabilan harga  barang  dan  jasa sesuai  dengan  tupoksinya dalam  upaya  menekan  laju  inflasi di di Prov. Sumatera Utara. Beliau  juga  menyampaikan akan  memberikan  informasi  yang  dirilis  TPID Prov. Sumatera  Utara  ke  KPD  Medan  dan berharap KPD Medan dapat menggunakan informasi tersebut dalam menjalankan  tugas-tugasnya.