Kanwil I Hadiri Rapat TPID Sumut
Medan (18/6) Dalam rangka melakukan analisa inflasi dan menerima gambaran perekonomian Sumatera Utara dalam memasuki New Normal, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menggelar Rapat TPID yang diselenggarakan di Pendopo Rumah Dinas Gubsu Jl. Sudirman No. 41 Medan. Rapat dipimpin langsung oleh Edy Rahmayadi (Gubernur Provinsi Sumatera Utara), Wiwiek Sisto Widayat (Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumut) serta dihadiri oleh anggota TPID Kab/ Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Dalam pembukaannya, Edy menyampaikan bahwa Pengendalian inflasi Sumatera Utara (Sumut) tahun 2020 mengalami tantangan yang cukup besar. Inflasi Sumut Mei 2020 tercatat 0,43% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi -0,29% (mtm) serta dari Sumatera dan Nasional (0,07%, mtm). Namun, tingkat inflasi tahunan dan kumulatif hingga Mei tercatat sebesar 0,68% (ytd dan yoy), terendah sejak 5 tahun terakhir (4,79%, yoy).
Prediksi ekonomi Sumut di triwulan II yang tumbuh terbatas juga disebabkan lemahnya konsumsi rumah tangga. Hal ini karena pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang lebih luas. Selain itu, rencana investasi pelaku usaha, proses pengadaan, pembebasan lahan dan pembangunan juga tertahan sembari melihat perkembangan kondisi pandemi corona.
Dalam paparannya Wiwiek menyampaikan empat agenda yang menjadi fokus dalam paparannya, diantaranya terkait perkembangan perekonomian, perkembangan inflasi, prospek inflasi serta upaya penguatan ketahanan pangan untuk mendukung UMKM dan petani.
Lebih lanjut disampaikan bahwa perekonomian Sumut tercatat 4,65% (yoy) jauh di atas Nasional dan Sumatera yang masing – masing tercatat 2,97% (yoy) dan 3,25% (yoy). Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Sumut tertinggi ke-2 setelah Sumsel (4,98%; yoy). Di era pandemi, realisasi ini masih cukup baik meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,21% (yoy) sesuai pola historis di awal tahun.
Perekonomian Sumatera Utara diprediksi akan mencapai titik terendahnya di tahun 2020 dan tumbuh pada kisaran 1,3 – 1,7% (yoy), Perlambatan ekonomi disinyalir terjadi pada kinerja permintaan eksternal dan domestik sebagai imbas dari merebaknya COVID-19 secara cepat dan meluas. Perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II 2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, Ramli menyampaikan hasil pantauannya terkait dengan pengaruh ketidaksabilan harga komoditas pangan di pasar. Pengawasan khususnya untuk komoditas bahan pokok, yang meliputi gula, beras, daging sapi dan ayam, telur dan sebagainya. Menanggapi lonjakan harga ayam yang terjadi mualai dari Bulan Mei hingga Juni sampai menyentuh harga 42.000 ribu per kilogram (Kg), Kanwil I KPPU telah melakukan klarifikasi kepada para pelaku usaha di sektor unggas, khususnya Integrator.
Dalam kalarifikasi tersebut “Kami ingatkan para pelaku usaha terutama perusahaan integrator untuk tidak melakukan persaingan usaha yang tidak sehat, diantaranya tidak melakukan pengaturan sarana produksi peternakan (sapornak) terutama bibit ayam atau day old chicken (DOC) yang berujung pada harga di peternak maupun produsen “
KPPU akan terus melakukan monitoring dan pantauan terhadap komoditas ini, khususnya dalam hal produksi dan harga. Keterkaitan harga dan pasokan ini tentunya akan mengarah pada keberpihakan yang lebih baik kepada konsumen, dimana dengan pasokan yang memadai maka harga juga akan terjangkau di tingkat konsumen, ujarnya.