Diskusi terkait Komoditas Pangan Penyumbang Inflasi dengan Disperindag Kota Depok

Diskusi terkait Komoditas Pangan Penyumbang Inflasi dengan Disperindag Kota Depok

Depok (15/11) – Kepala Bagian Kajian dan Advokasi Kanwil III KPPU, Mansur, bersama tim melakukan diskusi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kota Depok yang diwakili oleh Kepala Bidang Perdagangan Sony Hendro Prajoko Panca Putra. Mansur menyampaikan tujuan diskusi ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi terkait komoditas pangan penyumbang inflasi di Kota Depok yang termasuk salah satu kota penilaian Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Jawa Barat serta untuk mengetahui apakah kenaikan harga yang terjadi disebabkan oleh faktor cuaca atau disebabkan adanya perilaku usaha tidak sehat dari pelaku usaha tertentu.

Sony menyambut baik maksud dan tujuan KPPU, “Kenaikan harga komoditas pangan di Depok, tidak signifikan mempengaruhi laju inflasi karena kenaikannya tidak pernah menyentuh angka 1%. Selama ini, kenaikan harga masih terkendali dan dapat ditoleransi. Untuk komoditas cabai contohnya, harga bisa naik atau turun sangat bergantung faktor cuaca yang bisa menyebabkan gagal panen maupun keterlambatan distribusi. Pasokan bahan pokok yang terdapat di Depok dapat dikatakan relatif stabil karena terbantu oleh letak geografis yang dekat dengan Jakarta yang memiliki Tjipinang Food Station. Banyak pedagang pasar induk di Depok yang mengambil suplai komoditas pangan dari sana,” ujarnya.

Disperindag Kota Depok melakukan pemantauan rutin untuk bapokting di 6 pasar yaitu Pasar Cisalak, Pasar Agung, Pasar Kemiri Muka, Pasar Sukatani, Pasar Tugu, dan Pasar Depok Jaya. “Untuk inflasi di Kota Depok di bulan September 2022 dipicu sektor transportasi, mengingat sekitar 75-85% warga Depok bekerja di ibukota sehingga terdapat kenaikan ongkos angkutan. Salah satu cara yang dilakukan untuk menekan inflasi di Kota Depok adalah dengan Operasi Pasar Murah (OPM) di 11 titik kecamatan dan 13 kelurahan dengan subsidi 80% dari APBD sehingga dapat mengalihkan dampak kenaikan harga BBM atau transportasi. Namun kegiatan ini tidak terlalu berdampak signifikan karena hanya dirasakan oleh masyarakat tertentu saja,” tambah Sony.

Sony kemudian menjelaskan bahwa hampir 90% komoditas pangan didatangkan dari luar kota Depok. Cabai didatangkan dari Jawa, Bogor, Sukabumi, dan pasar induk Jakarta. Telur ayam dari Blitar, Medan, Sukabumi, dan Tasikmalaya serta Jawa Tengah. Daging sapi, terbantu dengan adanya RPH namun 97% sapi yang dipotong berasal dari luar dan hanya 3% dari peternakan lokal. Ayam Broiler dari Bogor dan Tangerang, sedangkan Beras diperoleh dari Cianjur, Jawa, Bogor. Kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu, 100% didatangkan dari luar (impor) dan saat ini mengalami kenaikan harga.

Setelah acara diskusi, Tim KA melanjutkan survey harga tahu tempe di Pasar Depok Jaya. Adapun dari survey terhadap pedagang tahu dan tempe, diperoleh informasi bahwa harga sudah turun 20% dari sebelumnya saat terjadi kenaikan harga kedelai di bulan Oktober 2022. Harga tahu saat ini berkisar antara Rp8.000-Rp10.000/bungkus dan harga tempe berkisar antara Rp10.000-Rp12.000/batang tergantung ukurannya. (SD)