Kanwil III KPPU Berdiskusi dengan Kopti Cimahi Membahas Dampak Kenaikan Harga Kedelai Bagi Para Perajin
Cimahi (22/11) – Kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku tahu tempe sudah mulai dikeluhkan oleh perajin tahu tempe di berbagai daerah di Jawa Barat. Salah satu daerah yang kini kena dampak kenaikan harga kedelai tersebut yaitu Kota Cimahi. Berbagai upaya dilakukan perajin tahu tempe tersebut agar tidak kehilangan pelanggan seperti dengan mempertahankan harga jual ke konsumen namun dengan ukuran yang lebih kecil. Merespon kondisi tersebut, Mansur Kepala Bidang Kajian dan Advokasi Kanwil III KPPU bersama tim melaksanakan diskusi dengan Kusnanto Ketua Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kota Cimahi.
Mansur menjelaskan maksud kedatangan Kanwil III KPPU di Kopti Kota Cimahi yaitu untuk menindaklanjuti keluhan para perajin tempe di daerah Margaluyu terkait kenaikan harga kedelai yang menyebabkan omzet perajin menurun.
Menanggapi hal tersebut, Kusnanto menyampaikan bahwa kenaikan harga kedelai berdampak pada menurunnya omzet perajin tahu tempe. Harga kedelai per hari ini masih tinggi yaitu Rp12.675/kg-nya yang diperoleh dari distributor kedelai di daerah Pasirkoja Bandung. Kenaikan harga kedelai impor sangat bergantung pada kurs dollar, namun harga kedelai yang wajar menurutnya tidak lebih dari Rp10.000/kg karena harga di negara asal impor tidak sampai Rp10.000/kg. Kusnanto berharap Pemerintah harus berperan banyak dengan melibatkan BUMN untuk melakukan impor kedelai.
Kenaikan harga kedelai ini juga berdampak pada menurunnya jumlah produksi 20 perajin tahu tempe yang tergabung dalam Kopti Cimahi. Sebelum kenaikan harga kedelai, terdapat perajin yang mampu memproduksi 1,5 kuintal kedelai, namun setelah kenaikan harga, rata-rata perajin mengalami penurunan produksi sekitar 40-50%.
Produk tempe yang diproduksi anggota Kopti Cimahi didistribusikan ke pasar sekitar Cimahi seperti Pasar Atas, Pasar Antri Baru, Pasar Ciroyom, dan Pasar Margaasih dengan harga jual Rp7.000-Rp10.000 tergantung ukurannya. (SD)